Sabtu, 15 Agustus 2015

MACAM MACAM REDAKSI SHALAWAT


     Dalam amaliyah sehari-hari mayoritas kaum muslimin ,yang sangat mencintai dan menghormati Nabi saw,dengan penuh ta'zhim,telah dikenal sekian banyak redaksi shalawat kepada Nabi saw, seperti Shalawat Munjiyat,shalawat Nariyah,shalawat fatih ,shalawat Thibbul Qulub dan lain-lain. Kebanyakan redaksi shalawat tersebut tidak disusun oleh Nabi saw sendiri, tapi disusun oleh para ulama dan auliya terkemuka yang tidak diragukan dalam keilmuan dan ketakwaannya. Pernyataan yang sering di ajukan oleh kaum wahabi adalah, bolehkah mengamalkan shalawat yang tidak disusun oleh Nabi saw, bahkan tidak dikenal pada masa beliau?
     Mayoritas kaum muslimin,berpandangan bahwa mengamalkan shalawat-shalawat yang di susun oleh ulama dan auliya seperti shalawat tersebut di atas adalah boleh dan disunnahkan sesuai deengan paradigma umum yang mengakui adanya bid'ah hasanah dalam agama. Terdapa sekian banyak dalil-dalil bid'ah hasanah sebelumnya yang belum pernah diajarkan oleh Rasululloh saw. di antara dalil-dalil tersebut adalah:

1.HADSIT ANAS BIN MALIK
"Anas bin Malik berkata: "Suatu ketika Rasululloh saw bertemu dengan laki-laki a'rabi (pedalaman) yang sedang berdoa dalam shalatnya dan berkata: "Wahai Tuhan yang tidak terlihat oleh mata, tidak dipengaruhi oleh keraguan ,tidak dapat diterangkan oleh para pembicara,tidak diubah oleh perjalanan waktu da tidak terancam oleh malapetaka, Tuhan mengetahui timbangan gunung,takaran lautan, jumlah tetesan air hujan ,jumlah daun-daun pepohonan ,jumlah segala apa yang ada di bawah gelapnya malam dan terangnya siang, satu langit dan satu bumi tidak menghalanginya ke langit dan bumi yang lain,lautan tidak dapat menyembunyikan dasarnya,gunung tidak dapat menyembunyikan isinya,jadikanlah umur terbaikku akhirnya, amal terbaikku pamungkasnya dan hari terbaikku hari aku bertemu dengan-Mu." Setelah laki-laki a'rabi itu selesai berdo'a,Nabi saw memanggilnya dan memberinya hadiah berupa emas dan beliau berkata:" Aku memberimu emas itu karena pujianmu yang bagus kepada Allah azza wajalla".
 
     Hadist ini diriwayatkan oleh al-Thabarani dalam al-Mu'jam al-Ausath (9447). dengan sanad yang jayyid.
Hadist ini menunjukkan bolehnya bersoa dengan doa yang belum pernah di ajarkan Nabi saw. Dalam hadist tersebut ,Nabi saw tidak menegur laki-laki a'rabi  yang berdoa dengan susunannya sendiri, juga tidak berkata kepadanya: "Mengapa kamu berdoa dengan do'a yang aku ajarkan??" Bahkan  Nabi saw memujinya dan memberinya hadiah.

2.HADIST ABDULLAH BIN MAS'UD r.a
"Abdullah bin Mas'ud r.a berkata: "Apabila kalian bershalawat kepada Rasululloh saw, maka buatlah redaksi shalawat yang bagus kepada beliau."
Mereka bertanya:" Ajari kami cara shalawat yang bagus kepada beliau"
Beliau menjawab: " Katakanlah ,ya Allah jadikanlah segala shalawat, rahmat dan berkah-Mu kepada sayyid para rasul, pemimpin orang-orang yang nya, jadikanlah shalawat,pemimpin dan pengarah kebaikan dan rasul pembawa rahmat. Ya Allah anugerahil
ah beliau maqam terpuji yang menjadi harapan orang-orang terdahulu dan orang-orang terkemudian."

 
Hadist ini diriwayatkan oleh Ibn Majah (906),Abdurrazaq (3109),Abu Ya'la (5267),al-Thabarani dalam al-Mu'jam al-Kabir (9/115), dan Ismail al-Qadhi dalam fadhl al-Shalat (hal.59). Hadist ini juga disebutkan oleh Ibn Qayyim ideolog ke dua Wahhabi dalam kitabnya Jala' al-Afham (hal 36 dan hal. 72).

3.HADIST ALI BIN ABI THALIB.
"Salamah al-kindi berkata: " Ali bin Abi Thalib r.a mengajarkan kepada kami cara bershalawat kepada Nabi saw, dengan berkata: " Ya Allah,pencipta bumi yang menghampar,pencipta langit yang tinggi,dan penuntun hati yang celaka dan yang bahagia pada ketetapannya, jadikanlah shalawat-Mu yang mulia,berkah-Mu yan g tidak terbatas dan kasih sayang-Mu yang lembut pada Muhammad hamba dan rasul-Mu, pembuka segala hal yang tertutup,pamungkas yang terdahulu,penolong agama yang benar dengan kebenaran dan penakhluk bala tentara kebatilan seperti yang dibebankan padanya, sehingga ia bangkit membawa perintah-Mu,tanpa gentar dalam semangat dan tanpa kelemahan dalam kemauan ,sang penjaga wahyu-Mu,pemelihara janji-Mu dan pelaksana perintah-Mu sehingga ia menyalakan cahaya kebenaran pada yang mencarinya,jalan-jalan nikmat Allah terus mengalir pada ahlinya, hanya dengan Muhammad hati yang tersesat memperoleh petunjuk setelah menyelami kekufuran dan kemaksiatan ,ia (Muhammad) telah memperindah rambu-rambu yang terang ,hukum-hukum yang bercahaya dan cahaya-cahaya islam yang menerangi,dialah (Muhammad) orang yang jujur yang dipercaya oleh-Mu dan menyimpan ilmu-Mu yang tersembunyi,saksi-Mu di hari kiamat,utusan-Mu yang membawa nikmat,rasul-Mu yang membawa rahmat dengan kebenaran. Ya Allah, luaskanlah surga-Mu baginya, balaslah dengan kebaikan yang berlipat ganda dafri anugerah-Mu ,yaitu kelipatan yang mudah dan bersih,dari pahala-Mu yang dapat diraih dan anugerah-Mu yang agung dan tidak pernah terputus. Ya Allah,berilah ia derajat tertinggi di antara manusia ,muliakanlah tempat tinggal dan jamuannya di surga-Mu, sempurnakanlah cahayanya,balaslah jasanya sebagai utusan-Mu dengan kesaksian  yang diterima,ucapan yang di ridhoi ,pemilik ucapan yang lurus, jalan pemisah antara yang benar dan yang bathil dan hujjah yang kuat."
Hadist ini diriwayatkan oleh Sa'id bin Manshur,Ibn Jarir (224-310 H/839-923 M) dalam Tahdzib al-Atsar,Ibn Ashim,Ya'qub bin Syaibah dalam Akhbar 'Ali, Ibn Abi Syaibah dalam al-Mushannaf (29520),al-Thabarani dalam al-Mu'jam al-Ausath (9089 dll. Hadist ini juga dikutip oleh ahlinhadist sesudah mereka seperti al-Hafizh al-Qadhi Iyadh dalam al-Syifa, al-Hafizh al-Shakawi dalam al-Qaul al-Badi',Ibn Hajar al-Haitami dalam al-Durr al-Mandhud,al-Hafizh al-Ghummari dalam Itqam al-Shan'an dll.
Menurut al-Hafizh Ibn Katsir ,redaksi shalawat ini populer dari Ali bin Abi Thalib r.a.

4. HADIST ABDULLAH BIN ABBAS
"Ibn Abbas r.a apabila membaca shalawat kepada Nabi saw beliau berkata: "Ya Allah, kabulkanlah syafa'at Muhammad yang agung, tiggikanlah derajatnya yang luhur,dan berilah permohonannya di dunia dan di akhirat sebagaimana Engkau kabulkan permohonan Ibrahim dan Musa".
 
Hadist ini diriwayatkan oleh Abd bin Humaid dalam al-Musnad,Abdurrazaq dalam al-Mushannaf (3104) dan Ismail al-Qadhi dalam Fahdl al-Shalat 'Ala al-Nabiy saw (hal 52).
Hadist ini juga disebutkan oleh Ibn Qayyim dalam jala' al-Afham (hal 76). Al-Hafizh al-Shakawi mengatakan dalam al-Qaul al-Badi' (hal 46),sanad hadist ini jayyid,kuat dan shahih.

5. SHALAWAT AL-HASAN AL-BASHRI r.a
Al-Hasan al-Bashri, ulama generasi tabi'in terkemuka mengatakan : "Barangsiapa yang berkeinginan minum dengan gelas yang sempurna dari telaga Nabi saw, maka bacalah:
"ALLAHUMMA SHOLLI 'ALA MUHAMMADIN WA 'ALA ALIHI WA ASHHABIHI WA AULADIHI WA AZWAJIHI WADZURRIYATIHI WA AHLIHI BAITIHI WA ASHHARIHI WA ANSHORI WA ASHYA'IHI WA MUHIBBIHI WA UMMATI WA 'ALAINA MA'AHUM AJMA'INA YAA ARHAMARROHIMIN."

 
Hadist ini diriwayatkan oleh al-Hafizh al-Qadhi Iyadh dalam al-Syifa dan al-Hafizh al-Sakhawi dalam al-Qaul al-Badi' (hal.47)

6. SHALAWAT AL-IMAM AL-SYAFI'I
"Abdullah bin al-Hakam Berkata: "Aku bermimpi bertemu al-Imam al-Syafi'i setelah beliau meninggal . Aku bertanya: :"Bagaimana perlakuan Allah kepadamu?"
Beliau menjawab:" Allah mengasihiku dan mengampuniku. Lalu aku bertan ya kepada Allah: Dengan apa aku memperoleh derajat ini?" Lalu ada orang yang menjawab: "Dengan shalawat yang kamu tulis dalam kitab al-Risalah:
"SHALLALLAHU 'ALA MUHAMMADIN 'ADADAMA DZAKAROHUD DZAKIRUUNA WA 'ADADAMA GHOFALA 'ANDZIKRIHIL GHOFILUN."
Abdullah bin al-Hakam berkata:" Pagi Harinya aku melihat kitab al-Risalah,ternyata shalawat di dalamnya sama dengan yang aku lihat dalam mimpiku"

 
Kisah ini diriwayatkan oleh banyak ulama seperti Ibn Qayyim dalam jala' al-Afham (hal.230),al-Hafizh al-Sakhawi dalam al-Qaul al-Badi' (hal. 254) dan lain-lain.

Hadist-hadist di atas ,dan ratusan riwayat lainnya dari ulama salaf dan ahli hadsit yang tidak disebutkan disini, dapat mengan tarkan kita kepada beberapa kesimpulan.
pertama:  Dalam islam tidak ada ajaran yang mengajak meninggalkan shalawat-shalawat atau do'a-do'a yang disusun oleh ulama dan para auliya seperti  Dalail al-Khairat,shalawat al-Ftih, Munjiyat,Nariyah,Thibbul Qulub,Badar dll.Bahkan sebaliknya ,ajaran islam menhganjurkan untuk mengamalkan shalawat-shalawat dan doa-doa yqng disusun oleh para ulama dan auliya. Sejak generasi sahabat Nabi saw, sebagai tanda kecintaan dan ekspresi kata'dziman kita kepada beliau. Mereka jug mengajarkan kita cara menyusun  shalawat yang baik kepada Nabi saw.

Dengan demikian ,ajakan Wahabi agar meninggalkan shalawat yang disusun oleh para ulama dan auliya, adalah termasuk Bid'ah tercela yang berangkat dari paradigma wahhabi yang anti bid'ah hasanah,serta bertentangan dengan sunnah Rasululloh saw yang membolehkan dan memuji doa-doa yang disususn oleh para ulama dan auliya.
kedua: Diantara susunan shalawat yang baik adalah bacaan shalawat yang disertai dengan pujian kepada Nabi saw seperti yang dicontohkan dalam shalawat yang disususn oleh Saiyidina Ali bin Abi Thalib r.a, dengan menyertakan nama-nama dan sifat-sifat Nabi saw,yang terpuji seperti alfatih,lima ughliq,al-dafi'lijaysyat al-abathil,al-khatim lima sabaq dll.Dengan demikian termasuk shalawat al-Fatih itu adalah shalawat yang mengikuti sunnah saiyidina Ali ,karena juga membawa sifat-sifat terpuji Nabi saw.
Ketiga: Hadist-hadist di atas, dapat membawa kita pada kesimpulan bahwa para sahabat telah terbiasa menyusun  do'a-do'a dan bacaan shalawat kepada Nabi saw. Hal ini kem udian diteladani oleh para ulama salaf yang saleh dari kalanga ahli hadist hingga dewasa ini. lalu bagaimana dengan pernyataan salah satu Ustad wahabi yang berkata dengan Kebodohannya:
"Para sahabat yang fasih bahasa arab,lihai bahasa arab dan ahli sastra bahasa arab pun tidak mau membuat dan mereka-reka sebdiri kaliamat atau bacaan shalawat untuk Rasululloh saw,. Padahal jika mereka mau,tentunya mereka akan dengan mudah sekali membuat bacaan tersebut."
Tentu saja, pernyataan seperti ini adalah pernyataan yang sangat menunjukkan, bahwa betapa minimnya ilmu yang di miliki oleh kaum wahabi, jangankan hanya ustadnya, syechnya saja bisa berkata seperti ini. ^_^
Dan ini juga menunjukkan bahwa para ustad wahabi dan guru-guru mereka seperti Bin Baz,Utsaimin,Albani,Arrabi dllnya,bukanlah ulama yang berguru pada ulama yang ahli dalam bidang hadist. mungkin benar, guru mereka hanyalah seorang yang bekerja untuk menservice jam yang mati :v

Tidak ada komentar:

Posting Komentar